Jarwati warga Tengaran menerima pemasangan brace dari BAZNAS Kabupaten Semarang di APOC Boyolali
Tiga Warga Difabel Dapat Alat Bantu dari BAZNAS Kabupaten Semarang: "Terima Kasih, Saya Bisa Bergerak Lagi"
07/05/2025 | Syahrul MunirUNGARAN – Tiga warga difabel asal Kabupaten Semarang, Ngatiman (55), Muhroji (50) dan Jarwati (43) tak henti-hentinya mengucap syukur. Pada Selasa 6 Mei 2025, mereka mendapat layanan pemasangan dan pengukuran alat bantu jalan berupa kaki palsu dan brace yang difasilitasi oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Semarang.
Bertempat di APOC Medical—pusat rehabilitasi ortotik dan prostetik yang berlokasi di Jl. Gunungsinogo, Ngemplak, Boyolali—tiga penerima manfaat ini didampingi langsung oleh staf BAZNAS, Shodri Said dan Fahmaddin, untuk menjalani proses fitting dan konsultasi alat bantu yang dibutuhkan.
“Matur nuwun sanget, Pak. Saya sudah lama ingin ganti kaki palsu, tapi tidak mampu,” ucap Ngatiman, warga Candirejo-Ungaran Barat.
Kaki kirinya diamputasi akibat diabetes dan selama empat tahun terakhir ia memakai kaki palsu lama yang sudah longgar. “Dulu waktu baru diamputasi, kaki saya masih bengkak. Kaki palsunya besar. Sekarang sudah mengecil, jadi malah kebesaran. Jalannya jadi susah,” jelasnya.
Kaki palsu sebelumnya, ujar Ngatiman, juga bantuan dari BAZNAS Kabupaten Semarang. “Ekonomi saya masih sulit, belum bisa membeli kaki palsu sendiri,” imbuhnya.
Tak hanya Ngatiman, BAZNAS juga memfasilitasi Jarwati (43) dari Tengaran yang menerima pemasangan brace. Sejak kecil, ia mengalami kelumpuhan kaki kanan akibat polio. “Kelas satu SD saya kena polio, tidak pernah ditangani secara medis karena tidak ada biaya,” ujar Jarwati pilu.
“Saya dulu cuma bisa duduk. Kalau bisa dibantu brace, saya bisa lebih banyak bergerak, walau pelan-pelan. Bisa jemur baju sendiri, bisa keluar rumah,” ucapnya lirih.
Sementara itu, Muhroji (50) dari Bringin menjalani pengukuran kaki palsu baru. Ia kehilangan kaki kanan akibat komplikasi diabetes. “Saya tidak ada biaya, apalagi kalau harus ke Boyolali sendiri. Syukur, ada BAZNAS yang memfasilitasi bahkan sampai mengantar dan mendampingi,” katanya.
Dalam kegiatan ini, ia turut didampingi oleh Amil Tidak Tetap (ATT) Kecamatan Bringin.
Dalam senyum dan harapan para penerima manfaat, tampak bahwa bantuan ini bukan sekadar alat bantu fisik, melainkan pembuka jalan untuk hidup yang lebih mandiri. “Saya bisa jalan lagi. Ora mung lungguh wae,” ujar Jarwati, matanya berbinar.
Wakil Ketua II BAZNAS Kabupaten Semarang, Suud, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari pentasyarufan program “Kabupaten Semarang Sehat”. “Kami ingin memastikan saudara-saudara kita yang memiliki keterbatasan fisik juga mendapat hak yang sama untuk hidup lebih layak,” kata Suud.
APOC Medical sendiri dikenal sebagai lembaga profesional yang sudah berpengalaman sejak 2007 dalam menangani kebutuhan ortotik dan prostetik, termasuk kaki dan tangan palsu serta alat bantu lainnya.
Ketua BAZNAS Kabupaten Semarang, Khadzik Faisol, menyampaikan bahwa upaya membantu warga seperti ini hanya bisa terlaksana berkat dana zakat, infak, dan sedekah dari masyarakat. Namun, hingga triwulan pertama 2025, dari target Rp7,8 miliar, baru tercapai Rp1,4 miliar atau 18 persen.
“Kami mengajak kepada yang sudah wajib zakat (muzakki) agar tidak menunda. Karena di luar sana, banyak yang menunggu uluran tangan kita,” kata Faisol.(sm)
